Kabupaten Ketapang adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar). Ibu kotanya terletak di Kecamatan Delta Pawan atau yang dikenal sebagai Kota Ketapang, sebuah kota yang terletak di delta Sungai Pawan.
Luas wilayah kabupaten ini 31.588 kilometer persegi dan berpenduduk sebanyak 570.657 jiwa pada 2020. Kabupaten Ketapang terdiri dari 20 kecamatan, sembilan kelurahan, dan 253 desa.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kabupaten Ketapang adalah salah satu daerah (Afdeling) yang merupakan bagian dari Keresidenan Kalimantan Barat sejak 1936. Dalam masa pendudukan tentara Jepang, Kabupaten Ketapang masih tetap dalam status Afdeling, hanya saja pimpinan langsung diambil alih oleh Jepang.
Pemerintah pendudukan Jepang yang berakhir kekuasaannya pada 1945 diganti oleh Pemerintahan Tentara Belanda (NICA). Pada masa ini, bentuk pemerintahan yang ada sebelumnya masih diteruskan. Kabupaten Ketapang berstatus Afdeling yang disempurnakan dengan Stard Blood 1948 No. 58 dengan pengakuan adanya Pemerintahan swapraja.
Pada waktu itu, Kabupaten Ketapang terbagi menjadi tiga pemerintahan swapraja, yaitu Sukadana, Simpang dan Matan. Semua daerah swapraja yang ada digabungkan menjadi sebuah Federasi.
Pembentukan Kabupaten Ketapang pada masa Pemerintahan Republik Indonesia adalah berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 yang menetapkan status Kabupaten Ketapang sebagai bagian Daerah Otonom Provinsi Kalimantan Barat yang dipimpin oleh seorang Bupati.
Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Ketapang. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Ketapang yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Terluas di Kalimantan Barat
Dibandingkan kabupaten lain di Kalimantan Barat, Ketapang merupakan kabupaten terluas. Wilayahnya terdapat pantai yang memanjang dari selatan ke utara dan sebagian pantai yang merupakan muara sungai, berupa rawa-rawa terbentang mulai dari Kecamatan Teluk Batang, Simpang Hilir, Sukadana, Matan Hilir Utara, Matan Hilir Selatan, Kendawangan dan Pulau Maya Karimata.
Sedangkan, daerah hulu umumnya berupa daratan yang berbukit-bukit dan sebagian masih merupakan hutan. Sungai terpanjang di Kabupaten Ketapang adalah Sungai Pawan yang menghubungkan Kota Ketapang dengan Kecamatan Sandai, Nanga Tayap, dan Sungai Laur serta merupakan urat nadi penghubung kegiatan ekonomi masyarakat dari desa dengan kecamatan dan kabupaten.
2. Sejarah Nama Ketapang
Ketapang pernah menjadi pusat Kerajaan Tanjungpura yang berdiri sejak abad ke-8. Pada abad ke-14, kerajaan ini pindah ke ke Sukadana yang saat ini menjadi ibu kota Kabupaten Kayong Utara.
Pemilihan letak dan nama suatu wilayah pada masa kerajaan biasanya didasarkan pada keputusan pemimpin (raja dan pemuka agama), tanda-tanda binatang dan tumbuhan atau menurut petuah-petuah orang tua atau pemuka agama. Begitu juga dengan Ketapang.
Raja Tanjungpura, Pangeran Giri Kusuma mengubah namanya dari Sorgi menjadi Giri Kusuma setelah memeluk Islam pada 1590, kemudian mengubah nama kerajaannya menjadi Kesultanan Matan. Kata “Matan” diambil dari bahasa Arab yang berarti Tanah Air yang penuh rahmat dan keselamatan.
Perubahan nama kota Matan menjadi Ketapang berasal dari nama Kampung Ketapang yang terletak di pinggiran sungai Ketapang kecil. Ketapang merupakan tumbuhan berkayu yang hidup di ekosistem pesisir pantai. P
ohon ketapang (Terminalia catappa) disebut sebagai tanaman peneduh, karena memiliki bentuk tajuk yang lebar. Pemilihan nama wilayah yang mengambil jenis nama tumbuhan diyakini menjadi bentuk penyatuan dan penghormatan diri dengan lingkungan alam sekitarnya.
Dikutip dari: liputan6.xom